Thursday, April 9, 2009



Melatih anak mandiri sejak dini
Oleh : Emmy Soekresno S. Pd.


Ilustrasi :

Mama : “ Sayang kamu pakai sepatunya terbalik. Ini sepatu kanan dipakai kaki kiri dan sepatu kiri dipakai kaki kanan. ”
Aliya : ” Tapi ini enak dipakainya mam!”
Mama : ” Nggak mungkin enak dipakainya, karena ini salah !. Sini mama yang betulkan!”
Aliya : ” Nggak mau aku udah bisa pakai sendiri !!!”
Mama : ” Iya kamu bisa pakai sendiri tapi salah !!!”
Aliya : ” Biarin.... mama jahat.... aku sudah bisa pakai sendiri!!”
.......... Anda ingin tahu kelanjutannya.... ? .....

Kejadian di atas sering sekali terjadi di rumah kita, di sekolah atau di tempat-tempat umum, dimana orangtua sering memaksakan kehendaknya sehingga anak menjadi miskin pendapat dan ekspresi. Hal ini dapat ’membunuh karakter’ anak secara perlahan tapi pasti. Anda akan tahu segera akan jadi anak seperti apa mereka !. Simak ilustrasi berikut :

Wartawan : adik, cantik sekali bajunya, warnanya merah. Apakah ini warna kesukaan adik?
Artis Cilik : Ehm... mama aku suka warna apa sih ?
Mama : Kamu suka warna merah. Warna yang kamu pakai sekarang itu bagus untuk kamu
Artis Cilik : Ehm iya om ternyata aku suka warna merah, kata mama warnanya bagus untuk aku
Wartawan : Terus, adik sukanya makan apa ?
Artis Cilik : Mama.... aku sukanya makan apa sih ?
Mama : Kamu suka makan udang goreng karena itu sehat buat badan kamu!
Artis Cilik : Aku suka... udang goreng kata mama .......
Wartawan : Ibu, saya mau tanya nih, anak ibu suka baca komik gak ?
Mama : Oh, gini mas, saya rasa komik tidak baik untuk anak saya, maka saya larang dia .................
Wartawan : Hmh... Caaapeek deeeh!


Memang masalah yang dihadapi anak sehari-hari dapat dengan mudah diatasi dengan adanya campur tangan orang tua. Namun, cara ini tentunya tidak akan membantu anak untuk menjadi mandiri. Ia akan terbiasa "lari" kepada orang tua apabila menghadapi persoalan, dengan perkataan lain ia terbiasa tergantung pada orang lain, untuk hal-hal yang kecil sekalipun.
LALU upaya apa yang dapat dilakukan orang tua untuk membiasakan anak agar tidak cenderung menggantungkan diri pada seseorang, serta mampu mengambil keputusan?



  1. Beri kesempatan memilih. Anak yang terbiasa berhadapan dengan situasi atau hal-hal yang sudah ditentukan oleh orang lain akan malas untuk melakukan pilihan sendiri. Sebaliknya, bila ia terbiasa dihadapkan pada beberapa pilihan, ia akan terlatih untuk membuat keputusan sendiri bagi dirinya.

  2. Hargailah usahanya. Hargailah sekecil apa pun usaha yang diperlihatkan anak untuk mengatasi sendiri kesulitan yang ia hadapi. Orang tua biasanya tidak sabar menghadapi anak yang membutuhkan waktu lama untuk membuka sendiri kaleng permennya, terutama bila saat itu ibu sedang sibuk di dapur, misalnya.

  3. Hindari banyak bertanya, perbanyak berdiskusi. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan orang tua, yang sebenarnya dimaksudkan untuk menunjukkan perhatian pada si anak, dapat diartikan sebagai sikap yang terlalu banyak mau tahu. Karena itu hindari kesan cerewet.

  4. Jangan langsung memberi jawaban. Meskipun salah satu tugas orang tua adalah memberi informasi serta pengetahuan yang benar kepada anak, namun sebaiknya orang tua tidak langsung menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan. Sebaliknya, berikan kesempatan padanya untuk menjawab pertanyaan tersebut. Tugas Andalah untuk mengoreksinya apabila salah menjawab atau memberi penghargaan kalau ia benar.

  5. Dorong untuk melihat alternatif. Sebaiknya anak pun tahu bahwa untuk mengatasi suatu masalah, orang tua bukanlah satu-satunya tempat untuk bertanya. Masih banyak sumber-sumber lain di luar rumah yang dapat membantu untuk mengatasi masalah yang dihadapi. Untuk itu, cara yang dapat dilakukan orang tua adalah dengan memberitahu sumber lain yang tepat untuk dimintakan tolong.

  6. Jangan patahkan semangatnya. Tak jarang orang tua ingin menghindarkan anak dari rasa kecewa dengan mengatakan "mustahil" terhadap apa yang sedang diupayakan anak. Apabila anak sudah mau memperlihatkan keinginan untuk mandiri, dorong ia untuk terus melakukanya. Jangan sekali-kali Anda membuatnya kehilangan motivasi atau harapannya yang ingin dicapainya.